twitterfacebookgoogle pluslinkedinrss feedemail

Selasa, 07 Juli 2015

Pohon Jengkol

Habitat Tanaman Jengkol
Tanaman jengkol merupakan tanaman khas Indonesia. Aromanya yang khas serta rasanya yang bagi sebagian orang adalah nikmat menjadikan jengkol sebagai salah satu makanan populer. Secara geografis, tanaman jengkol terdistribusi secara luas di daerah Asia Tenggara seperti Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Brunei Darusalam. Tanaman tropis ini memiliki buah yang sebenarnya adalah biji atau polong dari buah yang sebenarnya. Tiap polong terdapat kurang lebih 5-7 buah. Pohon jengkol sendiri mampu tumbuh hingga mencapai 10-27 meter. Selain itu, pohon jengkol juga memiliki akar yang dalam sehingga mampu menyerap air tanah. Hal tersebut bermanfaat posited bagi konservasi air dan tanah.

 


Asal Usul Jengkol

Nah, bicara jengkol, ada baiknya kita mengenal lebih dekat asal usul buah polong-polongan, yang bila dimasak digandrungi sebagian besar orang Indonesia ini.Jengkol atau Pithecollobium Jiringa atau Pithecollobium Labatum, merupakan jenis tanaman khas wilayah tropis Asia Tenggara. Pohon ini bisa anda temukan di Indonesia, Malaysia, Myanmar dan Thailand. Di negara-negara itu pula biji jengkol diolah menjadi rupa-rupa menu makanan.

 

Di Indonesia, beberapa daerah memiliki istilah sendiri-sendiri untuk menyebut tanaman ini. Misalnya jengkol atau erring dipakai orang Jawa, lubi istilah orang Sulawesi, jariang untuk wilayah Minangkabau, jaring untuk daerah Lampung dan joring atau jering untuk daerah Batak.

Bagi orang Indonesia, biji pohon jengkol ini juga bisa diolah menjadi berbagai menu makanan. Misalnya dijadikan keripik, semur atau jenis kudapan lain.Dalam buku “Sejarah Keraton Yogyakarta” cetakan 2009, penulis Ki Sabdacarakatama mengutip buku babad “Giyanti” tulisan Yosodipuro. Dia menyebut, pohon erring atau jengkol pernah digunakan sebagai patok cikal bakal calon kota Yogyakarta oleh Sultan Hamengku Buwono I, usai perjanjian Giyanti.

 

Namun demikian, makanan dari biji jengkol atau erring itu kurang popular bagi masyarakat Jawa. Jengkol lebih popular di kalangan masyarakat Betawi, Pasundan dan Sumatra. Bagi orang Sumatera jengkol cenderung dianggap sebagai makanan murahan.Penyebabnya, biji jengkol bisa menimbulkan bau tak sedap pada napas dan sisa pencernaan. Pemakan jengkol sering menjadi korban ejekan dari sekelilingnya. Tapi uniknya, tetap banyak orang-orang yang makan jengkol.

 

Di Sumatera, pohon jengkol tumbuh di lereng-lereng pegunungan Bukit Barisan, pekarangan dan ladang-ladang penduduk. Orang Sumatera belum terbiasa membudidayakan tanaman jengkol. Mereka umumnya memperoleh biji-biji jengkol mentah dari tanaman liar di sekitar hutan atau yang tumbuh secara tak sengaja di ladang-ladang.

 

Begitu juga di Jakarta. Konon orang-orang Betawi banyak yang menanam pohon ini di pekarangan-pekarangan rumah. Misalnya di wilayah Pondok Gede dan Lubang Buaya. Sekarang dua daerah itu terkenal karena semur jengkolnya, yang disebut-sebut sebagai makanan khas orang Betawi.

 

Selama ini memang tidak ada catatan resmi sejak kapan Jengkol dikenal di tengah penduduk Indonesia ini. Jengkol agaknya sudah ada sepanjang umur peradaban manusia di Nusantara. Seperti dikatakan Sejarawan Jakarta JJ Rizal, jengkol ini bukan hanya dikenal di Jakarta, tapi juga di daerah lain di Indonesia.

 

“Tidak ada catatan resmi. Tapi jengkol sepertinya identik dengan makanan rakyat miskin, rakyat pinggiran. Makanan ini kan baunya tidak sedap, dianggap makanan sampah. Dulu mungkin orang kota tidak terlalu peduli, tapi sekarang sepertinya banyak yang suka,” terangnya.

 

Menurut ahli botani asal Inggris, Isaac Henry Burkill (1935) lewat buku catatan berjudul; dictionnary of the economic products of the Malay peninsula, jengkol selain dipakai sebagai lauk pauk, juga dipakai untuk obat diare dalam dunia medis, bahan keramas rambut, dan bahan penambah karbohidrat.

 

Pohon jengkol berbuah secara musiman, antara November hingga Januari. Tanaman ini banyak ditemukan di Indonesia dan Malaysia. Tinggi pohon mencapai 26 meter, bisa hidup di dataran tinggi maupun rendah. Meski bisa dimakan, jengkol juga mengandung racun berasal dari asam jengkolat (L-Djengkolid acid).

 

Kasus keracunan jengkol di Indonesia pernah dilaporkan dokter peneliti Belanda, Van Veen dan Hyman. Hyman menulis buku yang menjadi rujukan medis terbit pada 1933 berjudul “on the toxic component of the djenkol bean”. Dia menyebut pada zaman penjajahan Belanda dulu kasus keracunan jengkol banyak dialami orang-orang Jawa.

 

Namun demikian, dalam buku itu dia tidak mengungkap detail jumlah kasus. Dia lebih fokus pada penemuan asam jengkolat yang terkandung dalam jengkol dari penelitianya di Jawa

 

Pembibitan Jengkol

Pohon jengkol memang dapat ditumbuhkan dengan dua cara, yaitu dengan ditanam dari bijinya atau melalui cara cangkok. Untuk memperoleh bibit jengkol, langkah pertama yang harus dilakukan adalah menyediakan kantong plastik tanam ukuran kecil yang sudah diisi tanah didalamnya.

 

Tanamlah biji jengkol di dalam plastik tanaman yang berisi tanah subur tersebut. Sirami secara teratur hingga tumbuh kecambag jengkol yang akan muncul kurang lebih dua hingga tiga minggu kemudian, Setelah kecambah jengkol muncul, saatnya bibit tersebut dipindah ke lahan yang lebih besar yang sudah disiapkan. Berikanlah pupuk secara teratur agar pohon dapat tumbuh secara sehat. Berikanlah perlindungan pada saat tanaman masih muda agar tidak diganggu hama.

 

Upaya penanaman atau budidaya tanaman jengkol sendiri masih belum banyak di Indonesia. Hal tersebut dikarenakan jengkol biasanya tumbuh secara liar. Untungnya tanaman jengkol mudah tumbuh. Pohon jengkol bisa ditumbuhkan dari bijinya ataupun dengan cara cangkok. Tanaman jengkol yang ditanam melalui biji atau bibit akan mulai berbuah apabila telah berumur lima tahun atau lebih. Apabila pohon jengkol tumbuh melalui proses cangkok, maka jangka waktu berbuahnya akan jauh lebih pendek.

 

Pemilihan Lahan Tanam jengkol

Pohon jengkol merupakan tanaman yang dapat tumbuh dimana saja. Di pedesaan pun tanaman jengkol terkadang sering tumbuh dengan sendirinya di lahan pekarangan rumah atau hutan. Sebagai tanaman asli daerah tropis, tanaman jengkol lebih pantas ditanam di tanah dataran rendah. Tanaman jengkol membutuhkan kadar penyinaran yang tinggi sepanjang hari, oleh karena itu pastikan lahan tanam jengkol anda tidak tertutup dari sinar matahari. Selain itu, sebagai tanaman daerah tropis, pohon jengkol membutuhkan pasokan air yang tinggi yang juga diikuti dengan kadar kelembaban yang cukup. Pohon jengkol yang cukup adaptatif dapat ditanam dimanapun asalkan dekat dengan sumber air.

 

Pemilihan Masa Tanam Jengkol

Meskipun pohon jengkol dapat tumbuh dimana saja dan tidak membutuhkan lahan khusus, akan tetapi perlu diperhatikan waktu mulai penanaman. Berdasarkan pengamatan, pohon jengkol akan lebih mudah berkembang apabila ditanam di awal musim hujan. Pohon akan lebih cepat tumbuh dan berkembang. Hal ini tentunya akan membuat pohon jengkol lebih cepat berbuah.

 

Pembibitan dan Penanaman Jengkol

Pohon jengkol memang dapat ditumbuhkan dengan dua cara, yaitu dengan ditanam dari bijinya atau melalui cara cangkok. Untuk memperoleh bibit jengkol, langkah pertama yang harus dilakukan adalah menyediakan kantong plastik tanam ukuran kecil yang sudah diisi tanah didalamnya.
Tanamlah biji jengkol di dalam plastik tanaman yang berisi tanah subur tersebut. Sirami secara teratur hingga tumbuh kecambag jengkol yang akan muncul kurang lebih dua hingga tiga minggu kemudian, Setelah kecambah jengkol muncul, saatnya bibit tersebut dipindah ke lahan yang lebih besar yang sudah disiapkan. Berikanlah pupuk secara teratur agar pohon dapat tumbuh secara sehat. Berikanlah perlindungan pada saat tanaman masih muda agar tidak diganggu hama.

 

Kultivasi Jengkol

Upaya penanaman atau budidaya tanaman jengkol sendiri masih belum banyak di Indonesia. Hal tersebut dikarenakan jengkol biasanya tumbuh secara liar. Untungnya tanaman jengkol mudah tumbuh. Pohon jengkol bisa ditumbuhkan dari bijinya ataupun dengan cara cangkok. Tanaman jengkol yang ditanam melalui biji atau bibit akan mulai berbuah apabila telah berumur lima tahun atau lebih. Apabila pohon jengkol tumbuh melalui proses cangkok, maka jangka waktu berbuahnya akan jauh lebih pendek.

 

Hama Jengkol

Perawatan pohon jengkol juga harus diperhatikan dari ancaman hama yang dapat menyerang. Hama umum tanaman jengkol adalah ular dan tupai. Selain itu, terkadang jengkol mengalami serangan hama “boloren” yang berakibat fatal bagi pohon jengkol tersebut. Selain itu semut rangrang yang sering bersarang di pohon jengkol dapat merusak bunga dan bakal buah. Jamur juga menjadi salah satu ancaman, selain munculnya cendawan dan blendok.
Tentunya harus dipikirkan cara menyingkirkan hama pengganggu tersebut. Selain dengan penyiangan dan pembersihan dahan dan daun-daun yang bisa digunakan untuk sarang semut, juga harus dilakukan penyemprotan fungisida untuk membunuh jamur pengganggu


0 komentar:

Posting Komentar