Habitat Tanaman Jengkol
Tanaman
jengkol merupakan tanaman khas Indonesia. Aromanya yang khas serta rasanya yang
bagi sebagian orang adalah nikmat menjadikan jengkol sebagai salah satu makanan
populer. Secara geografis, tanaman jengkol terdistribusi secara luas di daerah
Asia Tenggara seperti Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Brunei Darusalam.
Tanaman tropis ini memiliki buah yang sebenarnya adalah biji atau polong dari
buah yang sebenarnya. Tiap polong terdapat kurang lebih 5-7 buah. Pohon jengkol
sendiri mampu tumbuh hingga mencapai 10-27 meter. Selain itu, pohon jengkol
juga memiliki akar yang dalam sehingga mampu menyerap air tanah. Hal tersebut
bermanfaat posited bagi konservasi air dan tanah.
Asal Usul Jengkol
Nah,
bicara jengkol, ada baiknya kita mengenal lebih dekat asal usul buah
polong-polongan, yang bila dimasak digandrungi sebagian besar orang Indonesia
ini.Jengkol atau Pithecollobium Jiringa atau Pithecollobium Labatum, merupakan
jenis tanaman khas wilayah tropis Asia Tenggara. Pohon ini bisa anda temukan di
Indonesia, Malaysia, Myanmar dan Thailand. Di negara-negara itu pula biji
jengkol diolah menjadi rupa-rupa menu makanan.
Di
Indonesia, beberapa daerah memiliki istilah sendiri-sendiri untuk menyebut
tanaman ini. Misalnya jengkol atau erring dipakai orang Jawa, lubi istilah
orang Sulawesi, jariang untuk wilayah Minangkabau, jaring untuk daerah Lampung
dan joring atau jering untuk daerah Batak.
Bagi
orang Indonesia, biji pohon jengkol ini juga bisa diolah menjadi berbagai menu
makanan. Misalnya dijadikan keripik, semur atau jenis kudapan lain.Dalam buku
“Sejarah Keraton Yogyakarta” cetakan 2009, penulis Ki Sabdacarakatama mengutip
buku babad “Giyanti” tulisan Yosodipuro. Dia menyebut, pohon erring atau
jengkol pernah digunakan sebagai patok cikal bakal calon kota Yogyakarta oleh
Sultan Hamengku Buwono I, usai perjanjian Giyanti.
Namun
demikian, makanan dari biji jengkol atau erring itu kurang popular bagi
masyarakat Jawa. Jengkol lebih popular di kalangan masyarakat Betawi, Pasundan
dan Sumatra. Bagi orang Sumatera jengkol cenderung dianggap sebagai makanan
murahan.Penyebabnya, biji jengkol bisa menimbulkan bau tak sedap pada napas dan
sisa pencernaan. Pemakan jengkol sering menjadi korban ejekan dari
sekelilingnya. Tapi uniknya, tetap banyak orang-orang yang makan jengkol.
Di
Sumatera, pohon jengkol tumbuh di lereng-lereng pegunungan Bukit Barisan,
pekarangan dan ladang-ladang penduduk. Orang Sumatera belum terbiasa
membudidayakan tanaman jengkol. Mereka umumnya memperoleh biji-biji jengkol
mentah dari tanaman liar di sekitar hutan atau yang tumbuh secara tak sengaja
di ladang-ladang.
Begitu
juga di Jakarta. Konon orang-orang Betawi banyak yang menanam pohon ini di
pekarangan-pekarangan rumah. Misalnya di wilayah Pondok Gede dan Lubang Buaya.
Sekarang dua daerah itu terkenal karena semur jengkolnya, yang disebut-sebut
sebagai makanan khas orang Betawi.
Selama
ini memang tidak ada catatan resmi sejak kapan Jengkol dikenal di tengah
penduduk Indonesia ini. Jengkol agaknya sudah ada sepanjang umur peradaban
manusia di Nusantara. Seperti dikatakan Sejarawan Jakarta JJ Rizal, jengkol ini
bukan hanya dikenal di Jakarta, tapi juga di daerah lain di Indonesia.
“Tidak
ada catatan resmi. Tapi jengkol sepertinya identik dengan makanan rakyat
miskin, rakyat pinggiran. Makanan ini kan baunya tidak sedap, dianggap makanan
sampah. Dulu mungkin orang kota tidak terlalu peduli, tapi sekarang sepertinya
banyak yang suka,” terangnya.
Menurut
ahli botani asal Inggris, Isaac Henry Burkill (1935) lewat buku catatan
berjudul; dictionnary of the economic products of the Malay peninsula, jengkol
selain dipakai sebagai lauk pauk, juga dipakai untuk obat diare dalam dunia
medis, bahan keramas rambut, dan bahan penambah karbohidrat.
Pohon
jengkol berbuah secara musiman, antara November hingga Januari. Tanaman ini
banyak ditemukan di Indonesia dan Malaysia. Tinggi pohon mencapai 26 meter,
bisa hidup di dataran tinggi maupun rendah. Meski bisa dimakan, jengkol juga
mengandung racun berasal dari asam jengkolat (L-Djengkolid acid).
Kasus
keracunan jengkol di Indonesia pernah dilaporkan dokter peneliti Belanda, Van
Veen dan Hyman. Hyman menulis buku yang menjadi rujukan medis terbit pada 1933
berjudul “on the toxic component of the djenkol bean”. Dia menyebut pada zaman
penjajahan Belanda dulu kasus keracunan jengkol banyak dialami orang-orang
Jawa.
Namun
demikian, dalam buku itu dia tidak mengungkap detail jumlah kasus. Dia lebih
fokus pada penemuan asam jengkolat yang terkandung dalam jengkol dari
penelitianya di Jawa
Pembibitan Jengkol
Pohon
jengkol memang dapat ditumbuhkan dengan dua cara, yaitu dengan ditanam dari bijinya
atau melalui cara cangkok. Untuk memperoleh bibit jengkol, langkah pertama yang
harus dilakukan adalah menyediakan kantong plastik tanam ukuran kecil yang
sudah diisi tanah didalamnya.
Tanamlah
biji jengkol di dalam plastik tanaman yang berisi tanah subur tersebut. Sirami
secara teratur hingga tumbuh kecambag jengkol yang akan muncul kurang lebih dua
hingga tiga minggu kemudian, Setelah kecambah jengkol muncul, saatnya bibit
tersebut dipindah ke lahan yang lebih besar yang sudah disiapkan. Berikanlah
pupuk secara teratur agar pohon dapat tumbuh secara sehat. Berikanlah
perlindungan pada saat tanaman masih muda agar tidak diganggu hama.
Upaya
penanaman atau budidaya tanaman jengkol sendiri masih belum banyak di
Indonesia. Hal tersebut dikarenakan jengkol biasanya tumbuh secara liar.
Untungnya tanaman jengkol mudah tumbuh. Pohon jengkol bisa ditumbuhkan dari
bijinya ataupun dengan cara cangkok. Tanaman jengkol yang ditanam melalui biji
atau bibit akan mulai berbuah apabila telah berumur lima tahun atau lebih.
Apabila pohon jengkol tumbuh melalui proses cangkok, maka jangka waktu
berbuahnya akan jauh lebih pendek.
Pemilihan Lahan Tanam jengkol
Pohon
jengkol merupakan tanaman yang dapat tumbuh dimana saja. Di pedesaan pun
tanaman jengkol terkadang sering tumbuh dengan sendirinya di lahan pekarangan
rumah atau hutan. Sebagai tanaman asli daerah tropis, tanaman jengkol lebih
pantas ditanam di tanah dataran rendah. Tanaman jengkol membutuhkan kadar penyinaran
yang tinggi sepanjang hari, oleh karena itu pastikan lahan tanam jengkol anda
tidak tertutup dari sinar matahari. Selain itu, sebagai tanaman daerah tropis,
pohon jengkol membutuhkan pasokan air yang tinggi yang juga diikuti dengan
kadar kelembaban yang cukup. Pohon jengkol yang cukup adaptatif dapat ditanam
dimanapun asalkan dekat dengan sumber air.
Pemilihan Masa Tanam Jengkol
Meskipun
pohon jengkol dapat tumbuh dimana saja dan tidak membutuhkan lahan khusus, akan
tetapi perlu diperhatikan waktu mulai penanaman. Berdasarkan pengamatan, pohon
jengkol akan lebih mudah berkembang apabila ditanam di awal musim hujan. Pohon
akan lebih cepat tumbuh dan berkembang. Hal ini tentunya akan membuat pohon
jengkol lebih cepat berbuah.
Pembibitan dan Penanaman Jengkol
Pohon
jengkol memang dapat ditumbuhkan dengan dua cara, yaitu dengan ditanam dari
bijinya atau melalui cara cangkok. Untuk memperoleh bibit jengkol, langkah
pertama yang harus dilakukan adalah menyediakan kantong plastik tanam ukuran
kecil yang sudah diisi tanah didalamnya.
Tanamlah
biji jengkol di dalam plastik tanaman yang berisi tanah subur tersebut. Sirami
secara teratur hingga tumbuh kecambag jengkol yang akan muncul kurang lebih dua
hingga tiga minggu kemudian, Setelah kecambah jengkol muncul, saatnya bibit
tersebut dipindah ke lahan yang lebih besar yang sudah disiapkan. Berikanlah
pupuk secara teratur agar pohon dapat tumbuh secara sehat. Berikanlah
perlindungan pada saat tanaman masih muda agar tidak diganggu hama.
Kultivasi Jengkol
Upaya penanaman atau
budidaya tanaman jengkol sendiri masih belum banyak di Indonesia. Hal tersebut
dikarenakan jengkol biasanya tumbuh secara liar. Untungnya tanaman jengkol
mudah tumbuh. Pohon jengkol bisa ditumbuhkan dari bijinya ataupun dengan cara
cangkok. Tanaman jengkol yang ditanam melalui biji atau bibit akan mulai
berbuah apabila telah berumur lima tahun atau lebih. Apabila pohon jengkol
tumbuh melalui proses cangkok, maka jangka waktu berbuahnya akan jauh lebih
pendek.
Hama Jengkol
Perawatan pohon
jengkol juga harus diperhatikan dari ancaman hama yang dapat menyerang. Hama
umum tanaman jengkol adalah ular dan tupai. Selain itu, terkadang
jengkol mengalami serangan hama “boloren” yang berakibat fatal bagi pohon
jengkol tersebut. Selain itu semut rangrang yang sering bersarang di pohon
jengkol dapat merusak bunga dan bakal buah. Jamur juga menjadi salah satu
ancaman, selain munculnya cendawan dan blendok.
Tentunya
harus dipikirkan cara menyingkirkan hama pengganggu tersebut. Selain dengan
penyiangan dan pembersihan dahan dan daun-daun yang bisa digunakan untuk sarang
semut, juga harus dilakukan penyemprotan fungisida untuk membunuh jamur
pengganggu
0 komentar:
Posting Komentar